Senin, 31 Januari 2011

perbandingan istilah

Istilah Kafara – yakfuru – kafran – kufran – kufuran – kafirun , artinya berpandangan dan bersikap dzulumat ms syayathin dan berlaku negatif terhadap ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul.

Secara umum sama dengan istilah Kadzaba – yakdzibu – kadzban – kadzibun atau kadzdzaba – yukadzibu - takdziban – mukadzibun artinya secara umum juga berpandangan dan bersikap dengan dzulumat ms syayathin,

tetapi secara khusus = mendustakan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul dengan jalan mengaduk-aduk atau melacur ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul sehingga membentuk model ketiga (maghdub) yang beralamat dari Allah, padahal bikinannya sendiri dengan motif sepiring nasi.

Sedangkan Kafara adalah kelanjutan dari kerja Kadzdzaba, yaitu memaling ajaran Allah (dzulumat) hingga menjadi penemuan/ciptaan sendiri dalam bentuk bathil.

Surat Al-Fatihah menyebut Kafara = Dhalliin.
Jadi Kadzaba secara umum, berlaku sama baik untuk kafara maupun bagi kadzaba dan kadzdzaba seperti dimaksud dalam Surat 029 Al-Ankabut 12-13 :

12 “Yaitu berkatalah mereka yang, atas pilihan dzulumat ms syayathin, berlaku negatif terhadap yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul-Nya : “Mari masuk organisasi (sabil) kami niscaya kelak kami akan menanggulangi setiap beban/kesulitan hidup kalian !. dan sebenarnya mereka itu bukannya mau menanggulangi / memecahkan beban / kesulitan orang lain tetapi sebenarnya mereka itu adalah pelacur (pengaduk-aduk) kesulitan hidup dimanapun”.
13 “Yakni sebenarnya mereka, atas pilihan dz ms sy, melacurkan (memboncengi) beban / kesulitan hidupnya menjadi beban yang lain yaitu satu penambahan beban atas yang lain yang sudah demikian berat hidupnya. Maka pasti kelak mereka, dikala qiyamah sudah tiba, akan diminta pertanggungan jawab perihal apa yang adalah mereka, atas piliah dz ms sy, mengelabui siapapun”.
Istilah Syirkun dalam arti sempit adalah aduk-adukan, sama dengan Kadzdzaba secara khusus, yang oleh Surat 042 Asy Syura ayat 13 menegaskan demikian : 
13 “Dia (Allah), dengan al-Qur’an ms Rasul-Nya, menata kehidupan kalian menurut satu penataan (Dinul Islam) yang Dia telah mengajarkannya menurut sunnah Muhammad SAW. Sehingga apa yang telah Kami wahyukan (al-Qur’an) ms Rasul anda ( Muhammad SAW). “Yaitu yang Kami telah mewasiatkannya menurut sunnah Ibrahim, Musa, dan sunnah Isa : “Agar kalian membangun din ini (Islam) menjadi penataan hidup kalian dan jangan dengan dzulumat ms syayathin yang pecah belah”. Dari itu maka dakwah mereka yang aduk-adukan Nur-dzulumat ms syayathin (Yahudi dan Nashara yang mendakwa kitab perjanjian lama dan perjanjian baru warisan Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi Ismail, termasuk Arab jahiliah yang mendakwa hidupnya itu adalah menurut warisan Nabi Ibrahim melalui Nabi Ismail, kenyataan semuanya sudah lain dari al-Qur’an ms Rasul ini) adalah bual besar. Allah, dengan al-Qur’an ms Rasul-Nya, memberikan satu pilihan ( mau Nur atau dzulumat) bagi siapa yang mau menurut Nya itu. Yaitu Dia, dengan al-Qur’an ms Rasul-Nya, memberikan pedoman hidup bagi siapa yang mau menjadi mutawakkilun menurut-Nya”.
Istilah Walla dan Tawalla, arti leterleknya berpaling/menyeleweng. Tetapi secara umum baik yang menyalahgunakan dz ms sy maupun yang mengaduk-aduk Nur - dz ms sy, keduanya sama-sama menyelewengkan dz ms sy.
Istilah Munaafikun dan Mudzabdzabin , artinya bermuka dua atas pilihan dz ms sy terhadap yang Nur ms Rasul.
Hal mana oleh Surat 004 An-Nisa ayat 137-143 dan 145
menggambarkan demikian:

137. “Sebenarnya yang telah menyatakan diri hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya, selanjutnya atas pilihan dz ms sy bersikap negative terhadap ajaran Allah ms Rasul-Nya, selanjutnya dia balik lagi menyatakan hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya, kemudian dia, atas pilihan dz ms sy berlaku negative terhadap ajaran Allah, akhirnya makin menjadi-jadi sikap negatifnya terhadap ajaran Allah ms Rasul-Nya. Sehingga Allah, dengan ajaran-Nya (al-Qur’an ms Rasul-Nya) tidak akan mempedomani lagi kehidupan mereka satu penataan hidup (Dinul Islam) menurut-Nya”.
138. “Maka dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul ini) peringatkan mereka yang atas pilihan dz ms sy, hidup bermuka dua terhadap ajaran Allah (al-Qur’an ms Rasul-Nya) bahwa bagi mereka yang demikian adalah satu kehidupan nista yang demikian pedih tiada tanding”.
139. “Mereka yang mengambil orang yang memilih dz ms sy dan bersikap negative terhadap ajaran Allah ms Rasul-Nya menjadi pemimpinnya selain dari kalangan yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya, dapatkah mereka mengharapkan satu kehidupan mulia/agung dari pangkuan mereka yang demikian itu ? maka sesungguhnya kehidupan mulia / agung itu hanyalah dengan ajaran Allah ( Al-Quran ) menurut sunnah Rasul-NYA se-bulat-bulatnya!”.
140. “Dan sebenarnya Dia telah menurunkan atas kalian didalam kitab ini (al-Qur’an ms Rasul-Nya), bahwa bila kalian melaksanakan garis “sami’na” ajaran Allah menurut pembuktian sunnah Rasul-Nya ada orang yang atas pilihan dz ms sy, berlaku negatif terhadap yang demikian yaitu mengolok-olokkannya, maka janganlah kalian, dengan pilihan Nur (al-Qur’an) ms Rasul ini, duduk sebangku bersama mereka yang demikian, sebaliknya akan menjerumuskan kalian kedalam ajaran selain al-Qur’an ms Rasul-Nya, niscaya kalianpun menjadi semodel mereka. Sesungguhnya Allah, dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul-Nya, adalah penghimpun orang-orang kafir dan munafiq kedalam kehidupan jahannam semuanya”.
141. “Mereka yang, atas pilihan dz ms sy, mencari peluang didalam kehidupan kalian yang Nur (al-Qur’an) ms Rasul ini. Maka jikalau adalah kalian sudah mendapat satu kemenangan hidup dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya niscaya mereka terus saja membual kata : “Bukankah kami ini jama’ah kalian ? Tetapi jikalaulah kemujuran hidup itu lagi ditangan orang yang, atas pilihan dz ms sy bersikap negatif terhadap ajaran Allah ms Rasul-Nya ini niscayalah mereka juga membual kata : “Bukankah kami tidak mengharapkan kekalahan atas kalian yaitu kami melindungi kalian dari (serangan) orang-orang yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya?!!. Maka Allah, dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul-Nya, menghukum diantara kalian pada hari qiyamat, yaitu Allah, dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul-Nya, tidak pernah memberi jalan bagi yang kafir atas yang beriman”.
142. “Sebenarnya orang-orang yang bermuka-dua dengan pilihan dz ms sy terhadap yang Nur (al-Qur’an) ms Rasul adalah mereka yang mengelabui ajaran Allah ms Rasul-Nya. Dan Allah, dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul-Nya, pemungkas tipu daya mereka itu. Yaitu mereka dikala tegak melakukan ahalat hanyalah tegak bisu sekedar memperlihatkan kepada manusia, yaitu tidak pernah menyadarkan diri untuk hidup dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya kecuali hanya sekilas saja”.
143. “Menjadi orang yang bermuka dua (mudabdabin) diantara yang demikian. Tidak masuk golongan mereka yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya juga buka golongan yang hidup dzulumat (Naturalisme) menurut sunnah syayathin”.
145. “Sebenarnya orang yang bermuka dua terhadap Nur ms Rasul dan atau dz ms sy (magduub) adalah alas lantai nar dari kehidupan yang benar-benar hidup dz ms sy sehingga akan kalian dapati bahwa bagi yang demikian itu tidak pernah mendapat pendukung yang sebenarnya”.
Demikianlah modelnya, Munafiqun, Mudabdabin dan Mukadzibun dalam arti sempit.
Tetapi dalam arti umum biasa saja yang benar-benar dz ms syayathin (Naturalisme) pun berwajah Munafiqun, Mudabdabin dan Mukadzibun, sebagai musang berbulu ayam untuk missi mengacau balau/menghancurkan Iman dari dalam.

Istilah Murtad, yaitu bolak balik dari satu agama dan atau berpindah agama, dilihat dari sudut agama yang dia tinggalkan.
Masalah Munafiqun, Mudabdabin dan Mukadzdzibun, dalam arti sempit sama dengan bermuka dua, aduk-adukan, tidak menentu atau kesasar dzulumat ms sy, juga dinamakan golongan ketiga.
Oleh Surat 009 Taubah ayat 118 menegaskan demikian :

118. “Dan atas golongan ketiga, yang dipandang telah membelakangi ajaran Allah ms Rasul-Nya, sehingga dikala bumi yang demikian luas menjadi sempit atas mereka yang demikian yaitu mereka menjadi panik dan mengira bahwa tidak ada tempat pelarian kecuali dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya, maka Dia memberikan satu jalan taubat atas mereka yang demikian guna mereka melakukan taubatnya, sesungguhnya Allah, Pembina taubat lagi pemasti satu kehidupan saling kasih sayang”.
Dengan perkataan lain Munafiqun, Mudabdabin dan Mukadzdzibun ini dalam arti sempit dinamakan juga bermanis muka atau bunglon, oleh Surat 070 Ma’arij ayat 36-39 menyatakan demikian :
36. “Maka gerangan apa mereka yang, atas pilihan dz ms sy itu, bermanis muka terhadap kalian yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms anda (Muhammad) ?!
37. “Juga yang menjadi bunglon, terhadap yang Nur (al-Qur’an) ms Rasul dan atau terhadap yang dzulumat (Naturalisme) ms syayathin?!
38. “Apakah setiap orang dari kalangan mereka yang demikian (munafiq) mengira bahwa mereka itu akan mendapat satu kehidupan jannah yang demikian nikmat tiada tanding?!
39. “Tidak bakal : Sebenarnya Kami (Allah) dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul Kami, membikin mereka menurut apa yang mereka meng-ilmui-nya”.
Sejajar dengan Munafiqun, Mudabdabin dan Mukadzdzibun adalah Jahiliyah ialah “Iman dengan apa yang dia tidak pernah mengetahui/menguasainya”, dan pendukungnya adalah jahil, oleh Surat 031 Luqman ayat 20-21 menegaskan demikian :
20. “Tidakkah kalian melihat bahwa Allah, dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul-Nya, telah membikin segala apa yang diruang angkasa dan segala apa yang dibumi ini untuk kepentingan hidup kalian, begitu Dia, dengan ajaran-Nya (al-Qur’an ms Rasul-Nya), menghamparkan atas kehidupan kalian ciptakan-Nya itu menjadi satu kemantapan lahir (iqrarun bil lisaani wa ‘amalun bil arkan) dan batin (‘aqdun bil qalbi). Dan sebagian manusia adalah yang bantah membantah perihal ciptaan Allah itu dengan tanpa alasan ilmiah yaitu tanpa pedoman hidup yakni tanpa satu buku pegangan yang memberikan satu pandangan hidup”.
21. “Dan apabila kepada mereka yang demikian itu disampaikan : “Mari (hidup) mengikuti menurut yang Allah turunkan (al-Qur’an ms Rasul-Nya)!, mereka lantang menjawab : “Sebaliknya, kami hidup mengikuti suatu (tradisi) yang kami mewarisinya dari nenek moyang kami, sekalipun yang demikian itu adalah da’wah syaithan kearah satu kehidupan azab Nar.
Penggolongan Iman secara tajam menjadi Iman Haq dan Iman Bathil, oleh Surat 056 Waqiah dinamakan ashabul maimanah / ashabul yamin (golongan kanan) untuk mukmin dan ashabul masy-amah / ashabus syimal (golongan kiri) untuk mukmin bathil atau kafir.
Dan yang satu lagi ialah as saabiquunas saabiquun (golongan terdahulu lagi utama). Kesemuanya oleh Surat 056 Waqiah ayat 7-14, 27, 38-41 dan 51, menegaskan demikian :

7. “Dan semua kalian, menurut satu pilihan masing-masing, menjadi tiga golongan. 
8. “Yaitu ashabul maimanah ( gol kanan), dan apakah yang dimaksud dengan ashabul maimanah? 
9. “Dan ashabul masy-amah (golongan kiri), dan tahukah kalian apa yang dimaksud dengan ashabul masy-amah?
10. “Dan as-saabiquunas saabiquun (golongan terdahulu lagi utama).
11. “Adalah mereka (gol. Terdahulu lagi utama) yang berdarah-daging dengan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul-Nya.
12. “(Ujud kehidupan dengan al-Qur’an ms Rasul) menjadi bagaikan aneka macam kebun didalam satu taman yang merindangkan kepuasan tiada tanding”.
13. “Jumlahnya itu (yang pada kurun I) adalah lebih banyak dari yang sebelumnya”.
14. “Tetapi sedikit sekali dibanding dengan yang terakhir (kurun kedua)”.
27. “Maka ashabul yamin (golongan kanan) dan tahukah kalian apa yang dimaksud dengan golongan kanan?"
38. “(Kesemuanya itu adalah corak ragam kehidupan) bagi golongan kanan”.
39. “Jumlahnya itu (pada kurun pertama) adalah lebih banyak dari sebelumnya”.
40. “Juga jumlahnya itu (pada kurun pertama) adalah lebih banyak dibanding dengan yang terakhir (pada kurun kedua)”.
41. “Dan ashabus syimal ( golongan kiri ), tahukah kalian apa yang dimaksud dengan ashabus syimal ? “
51. “(dengan segala corak ragam kehidupan diatas) akhirnya, sebenarnya, wahai kalian yang demikian itu, adalah pelaku dzulumat lagi yang melacur Nur-dz ms syayathin”.
Surat Waqiah diatas membuktikan bahwa keseluruhan kehidupan manusia disepanjang sejarah, dilihat dari sudut tanggapan ilmunya, menjadi mukmin dan kafir.
Selanjutnya, dilihat dari sudut kemantapan tanggapan ilmunya, maka :
Mukmin dibagi menjadi assabiqunasaabiqun, yang bagaikan sejenis tonggak atau sokoguru kehidupan kebudayaan secara ilmiah di sepanjang sejarah, dan semua mukmin yang lain menjadi sayap kanannya (ashabul yamin).

Kafir, dibagi menjadi dalam arti sempit yaitu yang benar-benar dzulumat ms syayathin, menjadi sayap kiri (ashabus syimal) dari assabiqunas sabiqun.
Sedang kafir dalam arti umum, dimaksud disini ialah munafiq, mukadzibun atau mudabdabin, menjadi ular berkepala dua / tombak bermata dua atau bunglon, yaitu sayap kanan dari sayap kiri (“Anis Yamin wa ‘anis syimal – Ma’arij 37), atau sayap kiri yang tersembunyi dari assabiqunas sabiqun dan ashabul yamin-nya.

Akhirnya perlu ditegaskan dalam persoalan Iman ini, teristimewa untuk Iman yang haq, bahwa hakikat Iman ini adalah satu alternatif dari penguasaan ilmunya yakni al-Qur’an as Rasul, yang oleh Surat 042 Asy Syura ayat 52 dan 53, membuktikan demikian :

52. “Maka begitulah Kami (Allah) mewahyukan al-Qur’an ms Rasul anda (Muhammad) menjadi jiwa (pembangkit) perintah Kami. Kalian tidak menguasai apa isi kitab al-Qur’an ms Rasul ini niscaya kalian tidak mempunyai iman, sebaliknya Kami menjadikannya (al-Qur’an ms Rasul) dengan nama Kami memberikan pedoman hidup bagi siapa dari abdi abdi kehidupan yang mau dengan yang Kami kehendaki ms Rasul Kami. Dan sebenarnya anda (Muhammad), dengan al-Qur’an ms anda ini, memberikan satu pedoman kearah satu penataan tangguh tiada tanding”.
53. “Tata kehidupan dari ajaran Allah yang menurut itulah, berlaku segala apa yang ada didalam ruang angkasa dan dibumi ini. Ketahuilah, dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya, beredar segala urusan kehidupan ini”
Demikianlah Iman ialah pandangan dan sikap hidup dilihat dari sudut kenyataan hidup Amalun atau aqdun dan Ikrar bil lisan adalah perujudan dari hasil penguasaan ilmu menjadi permukaan dalam dari kenyataan hidup yang terkenal dengan istilah “tanggapan” .
Arti tanggapan atau tanggapan tujuan yaitu “niyat” (sama dengan maksuudun ialah yang dimaksud yakni yang mau dilakukan untuk mencapainya), sehingga hidup ini adalah satu alternatif dari satu pilihan ilmunya, oleh hadis jumhur menegaskan demikian :

................................................
“Sesungguhnya segala laku-perbuatan itu sudah menurut satu tanggapan tujuan (niyat yakni satu alternatif ilmu). Dan pasti bagi setiap manusia adalah hidup menurut apa yang ia menanggapinya (dari satu alternatif ilmunya).

Maka siapa yang hidupnya itu pindah (hijrah) kepada ajaran Allah (al-Qur’an) ms rasul-Nya maka bentuk laku perbuatannya (hasil perubahan dari yang lain itu) harus menurut ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya itu adalah mengikuti lingkungan dunianya (Naturalisme dan Idealisme) niscaya menurut istilah mendapat model laku perbuatannya.
Atau jika menurut lingkungan sex, maka laku perbuatannya itu hanyalah dari kawin ke kawin saja. Maka model laku perbuatan setiap manusia (hasil hijrahnya) adalah mengikuti apa kearah mana ia mengarahkan hidupnya”.
Demikianlah lengkapnya definisi Iman yang sebenarnya dengan al-Qur’an ms Rasul, yang oleh Nabi Muhammad SAW telah mengajarnya pada permulaan abad ke-7M. dan tanggapan abad ke-20 menjadi Iman & percaya adalah satu produk sejarah oleh tangan-tangan kotor manusia, mari kita kaji persoalannya dalam sejarah Iman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon ma'af sebelumnya kalau ada kekurangan,
silahkan berkomentar,